SALAM JUMPA

Hai, teman-teman....
Selamat datang di blog puisiku ya... tapi sebenarnya nggak hanya puisi, di sini kamu bisa baca juga cerpen-cerpenku. Pokoknya semua yang bernada curahan hati....Sebagian besar cerita dan puisi melukiskan perjalanan hidupku...Yach, daripada disimpan, mendingan ditulis, biar nggak lupa/hilang. Selamat membaca ya, jangan nangis loh hik hik hik.... :) Boleh di CoPas, tapi kalau untuk tujuan komersil, izin dulu ya...

12 Desember 2008

UNTUK SAHABAT

UNTUK SAHABAT 1

Segala nuansa-nuansa
biru atau bening
pada pesonamu, sahabat
hanya akan kutuliskan di kertas-kertas bisu ini
kupakukan pada dinding kesenyapanku
di sela-sela keangkuhan dan kerinduan
sekedar mengenang
pada batas ruang waktu ini aku pernah
terpikat pesonamu, sahabat
menikmatinya dan membiarkannya
berlalu begitu saja
tanpa usaha untuk menangkap dan merengkuhnya
sebab aku tahu itu tak wajar
dinding-dinding kodrat akan membuatku
terbentur dan membutku terkapar tak berdaya
…lalu kubiarkan segalanya berlalu
sebagaimana adanya
sebab dalam ruang waktu yang lain masih banyak
tanya dan cerita



UNTUK SAHABAT 2

Aku tak bisa menipu diri
Terpaut padamu, sahabat
Peristiwa bersamamu memacu harap
Menghadirkan mimpi-mimpi pesona
Alam teduh memberi kesegaran
Aku bahagia bertatap
Meski kau tanpa kata berucap
Kelembutan jiwa penuh kesetiaan
Membuatku selalu ingin
Berteduh padamu



UNTUK SAHABAT 3

Aku senang termangu di hadapanmu
Mendengarkan kau bercerita
Tentang dunia-dunia baru
Pandangmu, sahabat
Membut sukmaku terpacu
Aku melihat sorga pada taman hatimu
Dalam bayang anggunmu
Kukuburkan segala hasrat
Kupandang wajahmu selagi ada waktu
Bunga-bunga mekar di sudut bibirmu
Kugapai lagi bayangmu
Bermain seputar anganku
Kuresapi nuansa ini
Kupahatkan di atas prasasti-prasasti bisu
Sebelum perih mengganggu


PERGUMULAN 1

Aku terperangkap dalam pesona cinta
Antara kasihmu dan kasih Tuhanku
Kelugasan dan ketulusan menaburkan bunga-bunga
Kehangatan selalu mengundang datang
Bayang-bayang yang tak pernah terpegang
Mata manja menatap menerbitkan fajar
Membawa kelembutan yang selama ini tak kukenal
Sedang Tuhan selama ini
Adalah pegangan yang tak pernah membosankan
Selalu dibuka batinku pada pesona-pesona baru
Ke arah Dialah tapak kaki menuju
Kekaguman jiwa menampar muka
Bagai di tengah jembatan tua
Dengan batang-batang rapuh yang dibentangkan
Bersarang padaku seribu kebimbangan
Terperangkap dalam pesona cinta
Kasih dan kelembutanmu, sahabat
Kubiarkan bersaing dengan Tuhan dalam diriku



PERGUMULAN 2

Haruskah keluguanmu
Mengancam langkah panggilan
Tuhan tahu ke mana langkah hidup terbawa
Agar tertanam hati perwira
Kunikmati habis keindahan bunga-bunga pesona
Aku berdiri pada dunia
Termangu – terlena



PENDERITAAN

Aku bersembunyi dalam ketakutan
Bayang-bayang hitam melayang
Sepanjang jalanku
Yamadipati mengancam hidupku
Dan waktu tak pernah kompromi
Pada derita tubuhku

Luka-luka menganga
Luka-luka berdarah
Tak pernah ada yang tahu pasti
Sanggupkah aku bertahan
Dalam kerapuhan ragaku ?

Bila derita makin menyiksa
Kadang aku bertanya
:nasibkah ini ?
cuma air mata kawanku meniti malam
beserta doa-doa sepi dalam nyeri…



HARUSKAN KUMATI ?
Haruskah aku mati
Sedang diri belum juga bersih
Teramat banyak noda-noda
Pelanggaran sepanjang hidupku

Haruskah aku mati
Tanpa harapan
Tanpa keberanian melawan maut
Sedang Tuhan tak pernah meninggalkan
walau sering aku meninggalkan-Nya



KENANGAN TERAKHIR

Kala kau gesek dawai-dawai biolaku
Suaranya melengking merobek malam
Seperti hatiku yang menjerit
Waktu kau putuskan
Akan kau tempuh jalan ini seorang diri

Aku luruh tak berdaya
Di bawah lecutan panjangnya rambutmu
Kugigit bibirku
Barangkali dengan ini
dapat kutekan kekecewaan
yang tiba-tiba menyodok dadaku

Namun sebelum kau berlalu
Meninggalkanku tuk selamanya
Sempat kugamit bayangmu
Dan kuabadikan di ruang hatiku paling dalam
Bersama setumpuk kenangan
Yang pernah kita ciptakan bersama
Dan sebelum kita benar-benar
Terentang jarak yang tak mungkin kita satukan lagi
Nyanyikan “Auk Lan Sing” dengan biolamu
Agar suaranya tetap bergaung di relung jiwaku.



GETIR

Sesaat setelah aku mengenangmu
Hatiku melenting pilu
Satu yang kurasa
: getir
manakala gelap telah membias
dan kau lepas genggamanmu
ada rasa yang menusuk rongga dada
: getir
lalu kau pun pergi begitu saja
tak peduli kegetaran
yang tengah kunikmati
kau tak pernah menoleh lagi
untuk sekedar melihat telaga di mataku
kau tak pernah menoleh lagi
untuk sekedar melambaikan tangan
kau bahkan tak pernah peduli
bila kau masih mengharapmu kembali
kugigit bibirku terasa getir
cerita cinta itu telah berakhir dengan
sebuah pengkhianatan



YANG KUTAHU

Yang kutahu aku selalu menyayangimu
Bagaimana beratnya kenyataan kuhadapi
Aku tetap menyayangimu
Tanpa batas
Segala cerita-cerita romantis
Segala lagu rindu
Segala puisi cinta
Telah kupersembahkan padamu

Yang kutahu aku tak pernah mengabaikanmu
Sesibuk apapun aku selalu sempat
Mengenang wajahmu
Mengeja pesan dari manik matamu
Mengukir kenangan bersama

Tapi yang tak kutahu
Begitu cepatnya kau tinggalkanku
Tanpa pernah memperhitungkan
Perasaanku



BILA SENJA TELAH LURUH

Bila senja telah luruh
Bersama kepak merpati luka
Dan desau angin berdesah ranggas
Biarkan aku pergi
Menggaris langit yang tak biru lagi
Menapak di jalan penuh kerikil
Mengiring daun-daun kering berguguran
Karena,
Altar porselin cinta kita telah
Menjadi pecahan beling
Yang menggores jantung



KARENAMU

Bagaimana akan kukuasai
Segenap perasaan yang bergemuruh
Rindu pada kecerahan esok pagi
Telah berhamburan di sepanjang jalanku
Mimpi sebuah istana bahagia
Telah roboh sebelum sempat kubangun
Segalanya adalah karnamu jua…



CINTA

Cinta datang dan pergi
Laksana angin topan
Tiba-tiba
Memporakporandakan
Setelah sesaat
Melambungkan
Ke atas mega-mega
Dan ketika ia berlalu
Yang tersisa cuma
Puing-puing



BUKANKAH….

Dalam waktu sepi aku berpikir
Bukankah sepotong kasih yang kudamba
Tak ubah seperti rajawali di langit
Membubung tinggi dan lenyap di balik awan
Bukankah harapan ini
Pupus juga suatu saat nanti
Sedang segenap kerinduan
Telah kupertaruhkan…



RINDU TERBUANG

Telah tercampakkan bunga putih
Yang kuberikan padamu tadi pagi

Bunga putih berkelopak putih
Adalah rinduku yang lugu
Berharap kau sambut
Dengan segala rasa bahagia
Namun masihkah asa kupertahankan
Sedang bunga putih
Telah berhamburan kelopaknya
Tersebar sepanjang jalan
Yang kemarin kita lewati berdua

Bunga putih yang tak lagi putih
Adalah rinduku yang terbuang…



LUKA

Malam telah luruh
bersama kepak kelelawar letih
dalam tikaman dingin
dalam cengkeraman gelap
dan siksaan sepi
tengah kebisuan dan waktu yang mencekam
aku terkapar
terbelenggu kejenuhan
segalanya hampa
tiada nada
tiada suara
tiada siapa siapa
tiada apa pun jua
cuma aku sendiri
termangu dalam kebodohan
lalu tanpa sengaja tersingkap kenanganmu
ada segarit luka yang belum sembuh
kembali terasa perih



LUKISAN BANGAU

Bangau yang terluka itu adalah aku
Darah yang mengucur adalah
semangatku yang berjatuhan
sayap yang patah itu adalah asaku
mata yang berarir adalah kepedihanku
desah nafas berat adalah keluh dukaku
suara yang parau adalah tangisku tertahan
kaki yang gontai adalah
langkahku yang tak berdaya
dan nuansa-nuansa kelabu adalah
gurat rindu dan mimpiku yang absurd

Pada langit yang berawan
Pada badai yang membayang
Tertinggal sepotong doa sepi
: Semoga langit lekas membiru
diserta rona bianglala



BILAKAH

Bilakah angan yang sedang kubangun ini
Takkan terlanda badai
Bilakah rindu yang tengah kususun
Takkan terentang jarak
Bilakah kasih sayang yang kudamba
Takkan terbentur dinding-dinding tradisi
Bilakah pengkhianatan masa lalu
Takkan terulang kembali
Bilakah seorang terkasih
Dapat gantikan sosok-sosok maya
Yang masih tersisa di benakku
Bilakah keping-keping hati yang tengah kutata
Takkan terbuyarkan kepalsuan
Bilakah bahagia yang kunanti
Singgah juga di sini
Dan bilakah istana impian itu
Akan terwujud jua ?



DINDING

Dulu aku pernah di situ
Memaku aliran rasa bersamamu
Mengukir kenangan pada bingkai bingkai kaca
Dan menggantungnya pada sudut-sudut
Ruang cinta kita yang wangi

Dulu aku pernah di situ
Tak pernah lelah memandangimu
Pada madu di senyummu
Dan mentari di matamu

Namun kini
Telah tergantung potret lain
Yang menyenyumi kebodohanku



SENJA

Lembayung tergores kelam
Menjelajah anganku pilu
Getar kasihmu bagai badai
Meninggalkan mimpi
Tanpa harapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar