SALAM JUMPA

Hai, teman-teman....
Selamat datang di blog puisiku ya... tapi sebenarnya nggak hanya puisi, di sini kamu bisa baca juga cerpen-cerpenku. Pokoknya semua yang bernada curahan hati....Sebagian besar cerita dan puisi melukiskan perjalanan hidupku...Yach, daripada disimpan, mendingan ditulis, biar nggak lupa/hilang. Selamat membaca ya, jangan nangis loh hik hik hik.... :) Boleh di CoPas, tapi kalau untuk tujuan komersil, izin dulu ya...

29 November 2008

PELARIAN

PELARIAN

Kuputuskan untuk berlari
Menghindarimu sejauh mungkin
Tak kan kukantongi senyummu
Atau kusimpan dalam diaryku
Aku akan berlari tanpa kata-kata
Tanpa kenangan atau kerinduan
Aku telah menguburnya semalam
Dalam gurat-gurat pergumulanku
Air mataku telah mengakhiri segala hasrat
Sekarang
Yang kutahu aku bukan milik siapa-siapa
Dan tak kubiarkan seseorang
Benar-benar memilikiku
Sebab aku kuatir ada luka lagi
Pada hati penuh luka
Aku kuatir tak lagi mampu
Bedakan rindu dan kebencian
Apa kasih dan kekecewaan
Pada batas akhir langkah satu saja kuharap
Barangkali masih bisa kupungut
Sebuah senyum yang tercecer…



BATU KARANG DAN PULAU

Aku adalah sebuah batu karang
Aku adalah sebuah pulau

Aku telah mendirikan tembok-tembok
Sebuah benteng yang kokoh dan kuat
Hingga tak seorang pun dapat menembus
Aku tak membutuhkan persahabatan
Persahabatan melahirkan kepedihan
Aku muak dengan tawa dan gelaknya

Aku adalah sebuah batu karang
Aku adalah sebuah pulau
Jangan bicara tentang cinta kasih
Aku sudah sering mendengarnya dulu
Sudah terkubur dalam benakku
Aku tak mau mengganggu perasaanku yang telah mati
Seandainya aku tak pernah mengasihi
Aku tidak akan pernah menangis

Aku adalah sebuah batu karang
Aku adalah sebuah pulau
Aku punya banyak buku dan puisi-puisi
Yang siap menemaniku
Aku terlindung
Tersembunyi dalam kamar
Aman dalam kesendirianku
Aku tak menyentuh siapa pun
Dan tak seorangpun menyentuhku

Aku adalah sebuah batu karang
Aku adalah sebuah pulau
Sebuah batu karang tidak pernah merasa sakit
Dan sebuah pulau tidak pernah menangis



BUNGA BUNGA KAMBOJA

Kudesahkan untaian sepi
Pada waktu yang makin panas
Terlalu lugas rerajut rinduku membaur
Kutatap gumpalan awan berarak
Menyumbat hasrat diri yang pernah kuat
Pergantian musim kembali menggores luka
Akankah kau hadir bila sukmaku memecah
Mungkin akan kulagukan sayonara
Bagi keakraban kita
Kulihat telah berguguran bunga-bunga kamboja
Untuk apa kemarin kita bergandengan tangan
Kalau akhirnya
Kita tega saling menenggelamkan











PERPISAHAN I

Berakhir sudah bayangmu
Panorama senja pelabuhan kita
tinggal nostalgia
Tak perlu kita tangisi air mata beku
Karna pada awalnya
Bumi yang menumbuhkan
Lalu bumi pula yang merampas
Suasana kembali wajar dan prasaja
Netral sudah pesonamu
menggores sejarah diri
Pengembaraan kita sudah berakhir
Dalam pelabuhan kesederhanaan



PERPISAHAN II

Kalau kau yang kukenang mudah memalingkan
Karna telah datang bintang yang lebih indah
Baiklah aku berangkat saja darimu
Tempat aku berpijak selama ini
Hanya membakar cemburuku terus menerus
Lantaran aku tak pernah mengerti
Bagaimana harus membahagiakanmu

Maka kalau aku terdiam
Bukan lantaran tak ada lagi ikatan batin kita
Tapi karena aku ingin menjadi kecil di hatimu
Dan biar ia yang kau kagumi menjadi besar

Baiklah kalau bungaku yang kemarin
Kau campakkan juga
Karna tak pernah berarti bagimu
Akan kulepas pandangku pada sebuah titik lain
Yang bisa memberiku harapan
Dan tak usah kau heran bila esok
Kulagukan duniaku yang lain…

KESENDIRIAN

Berkali sudah kubenturkan hasratku
Pada dinding-dinding kodrat di sekelilingku
Yang mengantarai jarak kita
Dan kuluruhkan segala kerinduan
Agar kunikmati kedamaian hati
Dalam kesendirian
Tanpa bayangmu
Tanpa senyummu
Hanya dengan puisi-puisi
Dan syair-syairku
Bukankah itu sudah cukup ?


CATATAN HARI ULANG TAHUN

Pagi ini aku buru-buru membuka hari
Tak sempat lagi kukunyah
Mimpi-mimpi seputar tidurku semalam
Aku tak sabar ingin menyapamu
“Selamat pagi, Selamat ulang tahun”
sebentar kita bercanda
membuyarkan embun pagi
sebelum sinar matahari hangatkan bumi
ada yang hendak kukatakan
bahwa mentari masih setia menemani bumi
bahwa aku masih berlayar di belakangmu…



KEBIMBANGAN

Masih tersisa segurat kebimbangan
Menggantung di langit
Saat surya menampakkan diri
:tentang sebuah rindu
impian yang abstrak
baur dalam kabut pekat
tak nampak jalan di depan
apakah akan tertinggal segumpal kebahagiaan
bila cinta harus dipertaruhkan
apakah akan ada tawa
bila kusunting rembulan
aku masih bergelut dengan kebimbangan
ketika mentari lindap di ufuk barat
makin terjerumus dalam rawa kebimbangan
waktu bintang-bintang mengawal malam
esok pun kujelang bersama
kebimbangan



CATATAN 1 JULI

Aku berlari mengejar pagi
Tapi aku diburu kepekatan malam
Ingin kugapai wajah-wajah mentari
Kurengkuh cahaya hidup terang

Sesungguhnya aku merindukanmu
Namun aku terlalu takut
Sekedar menyapamu
Atau gamit jemarimu

Sempatkah suatu saat nanti
Kita duduk bersama dalam satu rakit
Mendayung, menepis keputusasaan
Mendayung, melawan ketakutan
Mendayung, mencari hari-hari ceria kita
Sampai akhirnya kita
Tiba pada daratan
Pada pondok kasih yang kita dambakan



KUBIARKAN

Kubiarkan bayangmu bermain
Di seputar anganku
Senyummu berhamburan
Ketika gerimis menyapa bisu
Kuresapi nuansa ini
Meski dingin masih terasa
Dan tubuh menggigil
Karna luka belum juga sembuh

Kubiarkan bayangmu menggamitku
Membawaku pada sebuah perjalanan
Mengukir kebersamaan
Sebelum warna jingga
Berganti dengan gelap
Sebelum lampu-lampu jalanan
Berkata: Selamat Malam…


LUKA

Aku berdiri di atas kekuatan luka
Menantang langit kalau aku
Masih sanggup bertahan tanpa siapa-siapa
Masih mampu membendung segala duka
Sebab Tuhan masih menjadi
Satu-satunya pegangan
Bila perih makin mengganggu


BERLINDUNG DALAM PELUKAN TUHAN

Berlindung dalam pelukan Tuhan
Meredam duka dan penderitaan
Lepas dari bayang-bayang ketakutan
Meneduhkan diri di atas pangkuan-Nya
Menarik kesimpulan bening
:kesejukan hati

Bapa,
Dalam kegelisahanku
Kutemukan damai pada cahaya kasih-Mu



BIARKAN

Aku hanya bisa diam
Mematung
Membisu
Menenggelamkan segala tawa
Mengubur semua suka cita
Pada palung paling dalam

Biarkan langit tak biru lagi
Biarkan surya tenggelam sebelum waktunya
Biarkan badai bergemuruh
Biarkan halilintar bersabung
Biarkan daun-daun berguguran
Biarkan bingkai-bingkai kaca berkepingan
Biarkan!
Biarkan kuresapi nuansa nuansa kelabu
Dalam angin puting beliung
Dalam api yang berkobar
Biarkan!
Sebab aku telah kehilangan air bening
Yang kemarin baru kuminum


SOLITUDE

Hanya ada satu sarang
Dimana aku kembali pulang
Untuk mengadu
Bernama penderitaan
Segala aliran luka
Bermuara di sana
Tangisku terpelanting di batu-batu

Pada suatu ketika
Dimana orang-orang membuat patung
Memelihara ikan arwana
Menyembunyikan hatinya di balik jas
Di antara bau parfum
Dan mengikat nasib pada dasi di leher

Hanya ada satu sarang
Dimana aku selalu pulang
Bernama penderitaan



TAK KAN PERNAH ADA

Tak kan pernah ada
Seorang yang akan mengerti aku
Kesedihanku
Kesepianku
Kerapuhanku
Kelemahan tubuhku
Tak kan, tak kan pernah ada!
Aku masih harus berjalan sendiri
Mengurai duka sendiri
Mengobati segala luka sendiri
Mengemas tangis dan tawa untuk sendiri
Tak ada teman untuk berbagi
Tak kan, tak kan pernah ada!
Biar kukubur dalam-dalam
Segala kerinduan dan harapan
Kutenggelamkan angan dan impian
Sesungguhnya tak pernah ada istana bahagia
Dan jalan gersang tak berujung ini
Mesti kutempuh sendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar