CHAOS
Derai gerimis tirai pagi
Nyata, cuma bersambut umpat maki
Sialan
Sialan, lagi katanya
Namun langit malah membantahnya sengit
Glegar! Glegar!
Dan gerutu jadi lalap segar
Lauk yang beruntun keluar bersama maki
Sumpah serapah, keluh kesah
Adalah satu-satunya senjata yang dia punya
Lepas itu!
Surya pagi juga enggan tersenyum
Tak mau tahu, kata sahabat di
Dan akhirnya
Yang marah lelah juga
Tertidur dipeluk angin
Besok begini juga ?
FRAGMENT
Hanya satu babak
Pun tak terselesaikan
Teramat singkat
Dua setengah waktu
Dan telah rampung
Uh, ini hanya fragment
Pun tak cukup menarik
Uh, rindumu bak mainan
Bosan
Kau buang di tong sampah
Rindumu bak fragment
Tak dapat kunikmati
Hingga ke akhir waktu
ADEGAN TERAKHIR
Haruskah kupenggal cerita lama
Yang belum tuntas terurai mata
Tidak!
Aku bukan kamu
Tidak!
Aku bukan bunglon
Belum pantas mengakhiri cerita
…lalu kubiarkan
menggelinding pada kekuatan luka
sebagai awal kebahagiaan
di luar dunia
:mati
aku takut bertatap mata
meski kau sudah menginjak
adegan akhir suatu episode
PINTU 1
Dingin
Rapat terkunci pada ruang
Berkali angin mengusik
Bisu berlalu dari jendela
Akan sapa siapa setelahnya
Impian pemetik kembang ?
Senyap
Dan mentari lindap
Yang menyisa pada rumpun ilalang
Lama
Sesudah warna pun tak rupa
Tanda jadi keranda
Sendiri di kebisuan tak bernama
Obati kesabaran
Pun lara
Hanyut jua
Oleh cinta lain makna
ILUSI
Adakah hatimu memanggilku
Ketika gerimis melumerkan kenangan
Dan bayang-bayang kasihmu berkelebatan
Atau segalanya cuma ilusi
Yang cepat berlalu
Dipermainkan harapan
Dan berlalu
Menghayati kesendirian
Adakah kau dengar panggilanku ?
Kemarin aku menunggumu di pintu ini
Hari ini lewat pintu itu aku menunggumu
Esok kau menungguku di mana?
Sebab pintuku telah tertutup
Andai tiba-tiba ada bisik mengusik tidurmu
Tentu bukan aku yang mengirimnya
Karena hujan telah membuatku
Beku dan bisu untukmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar